Terbaik-Terbaik 2024: Metal/Grindcore

Teks: Fadly Zakaria.M

Distorsi cadas dari band-band Indonesia tuh gak pernah stagnan. Selalu punya kejutan di setiap tahunnya, entah itu dari band yang terlahir lama, pendatang baru, ataupun muka lama yang membentuk proyek baru. Semua berlomba menunjukkan kualitas terbaiknya masing-masing agar mencapai visi dan misi terselubung untuk bisa menembus telinga penikmat musik secara luas. Syukur kalo die hard fans dari band tersebut masih banyak yang mau beli rilisan fisiknya pula.

Langsung saja sat set menuju kurasi saya tentang ulasan singkat 15 album bernuansa death metal, grindcore, metalcore, deathcore, hingga post-metal.

1. Exhumation – Master’s Personae
Letupan punggawa duet maut barbar jahanam, Exhumation, memuntahkan album penuh keempat bertajuk “Master’s Personae”. Formula album yang sangat impresif dan mempunyai intensitas berdaya ledak tinggi. Mereka tidak hanya mengandalkan gaya death metal “sekolah tua” saja, bahkan peleburan dari elemen black metal, thrash/heavy metal 80an, hingga crust cukup kental terasa di setiap pembagian trek. Tiga tamu pelengkap kengerian pada album ini dibantu Sindre Solem (Obliteration), Shyaithan (Impiety), dan S. Iblis (Possession).

2. Amerta – Nodus Tollens
Gak ada salahnya menunggu waktu selama 5 tahun untuk nyicil secara bertahap melahirkan debut album kurang ajar bernama “Nodus Tollens”. Sisi kelam post-metal yang dibawakan sangat cermat untuk menembus batasan dengan segala kerumitannya namun masih enak dinikmati. Gak heran kalo album perdana yang diproduseri oleh Ricky (Seringai) ini punya daya magnet kuat tersendiri. Tiga terfavorit dari saya sudah jelas Hejira, Tiang Garam, dan Chevron.

3. Pourriture – Asap Hitam Konsorsium
Album penuh kedua dari kuartet brutal death metal asal Bandung satu ini membuat saya tercengang. Seluruh treknya benar-benar gak bikin bosan, meskipun telah repeat secara berkala. Poin penting Pourriture selain mempunyai riff-riff padat, didukung juga dengan kegilaan permainan fill in dari sang drummer yang jeli menutupi segala lini. 100% SOLID!

4. AK//47 – Menari dalam Abu Algoritma
Meskipun sudah menetap lama di Amerika Serikat, namun pentolan sekaligus vokal dan gitaris AK//47, Garna Raditya, tetap gencar menghadirkan album baru untuk pasar di Indonesia. Menari dalam Abu Algoritma adalah contoh nyata penanda tingkat produktivitas di tahun ke-25 bagi AK//47. Energi kreasi muncul seketika melihat kondisi carut marut di negri kita sendiri. Bentuk kritik akan kekejaman oligarki, perlawanan terhadap otoritas, dan tidak terlupakan atas nama kehidupan manusia gampang disetir oleh algoritma media sosial.

5. Vultures – Divine Retribution Unleashed
Atmosfir kejam old school death metal pemuja HM2 datang dari pendatang baru bernama Vultures yang membagikan 6 trek dalam debut EP “Divine Retribution Unleashed”. Suguhan album berlapis teror mencekam akan kehancuran yang terjadi di masa lalu dan selanjutnya dapat muncul di masa depan. Ruh-ruh gaib bernafaskan Mortiferum, Autopsy, hingga Spectral Voice sangat nempel di dinding berkarat materi Vultures.

6. Avhath x KUNTARI – Ephemeral Passage
Terobosan baru kembali terlahir dari ide liar Avhath yang menggaet KUNTARI sebagai kolaborator di EP “Ephemeral Passage”. Porsi keduanya terasa balance dan memang itulah yang ingin mereka sampaikan dengan bentuk kesempurnaan ambiance hingga tekstur kelam berlapis ganda. Paduan black metal yang mencekam serta tumpuan instrumentasi yang menawan berhasil menawarkan seluruh trek menjadi megah. Formula cerdas tersebut berdiri tegak dalam narasi seseorang yang sedang mencari jati diri.

7. Demon Sacrifice – Under the Blacklight of Divine
Setelah Exhumation dan Nokturnal, Yogyakarta mendatangkan nama angker bertalenta lainnya yaitu Demon Sacrifice. 2024, menjadi tahun produktif bagi mereka, karena telah membombardir dengan demo album serta debut EP yang dilesatkan oleh Iron Bound Records. Kemudian dilanjut merampungkan promo tur di Jawa-Bali. Sandaran utama dalam sayatan riff-riff berdarah yang ditonjolkan tidak jauh dari aroma heavy metal klasik dan blackened punk.

8. Eden Adversary – Kingdom ov Heresy
Symphonic deathcore bertopeng jagoan baru saat ini yang mengerikan bagi saya dipegang oleh Eden Adversary. Komponen materi yang padat di setiap lini dengan suguhan output maksimal sangat layak disandingkan album-album band sejenis di pasar internasional. Bisa saya nobatkan kalo persembahan sakral “Kingdom ov Heresy” adalah salah satu album masterpiece deathcore sepanjang masa di ranah lokal.

9. Day of Salvation – Falling from Grace to Eternal Damnation
Kota Malang memang gak ada hentinya melahirkan band-band metalcore serta melodic metallic hardcore berkarisma. Regenerasi yang meneruskan legasi tersebut adalah Day of Salvation. Debut EP “Falling from Grace to Eternal Damnation” seakan membuktikan gencatan daya ledakan distorsi tingkat tinggi yang kuat dengan unsur riff-riff klasik penggugah amarah. Seketika langsung membuka gerbang nostalgia kita ke era kejayaan Undying, Neaera, Sworn Enemy.

10. Ornament – A Sky So Black with No Star
Bangga sekali ketika di Surabaya punya satu nama yang memilih metallic hardcore sebagai pakem dalam berkarya. Mereka adalah Ornament yang sudah saya curigai ketika tahun lalu sudah memuntahkan “Hereditary” yang sangat luar biasa. Di tahun 2024, mereka melanjutkan perjalanannya melalui 7 trek dalam EP kedua bertajuk “A Sky So Black with No Star”. Bukan hanya menonjolkan agresi pemilihan part pemecah moshpit saja, namun semua dilengkapi dengan taburan melodi klasik yang mempesona. Raungan scream vokalisnya keren mampus!

11. Enola – Commit Death
Tanpa penanda apapun, Enola tiba-tiba melesatkan album penuh kedua “Commit Death” dengan berisikan 8 trek yang bermuara ditengah sisi gloomy shoegaze dan kegaharan metal itu sendiri. Hasil output memuaskan dalam album ini adalah serapan proses recording dari serpihan energi ruang kosong di gedung legendaris bernama Skale, yang dulunya sering digunakan sebagai venue gigs di Surabaya. Kalian bisa merasakan pantulan akustik alami secara keseluruhan yang kembali dipoles dengan cermat. Evolusi baru Enola benar-benar bagus banget.

12. Morgensoll – Colors
Sesuai nama judul album, Morgensoll tampil sangat berbeda dari sebelumnya. Berani keluar dari zona aman yang gak melulu berpegang pada asupan post-metal gelap itu sangat penting. Kali ini, mereka menyajikan eksplorasi beragam permainan emosi melalui dinamika musik dan merangkai kolase cerita hidup penuh warna dari senang, sedih, dan amarah. Saya masih takjub ketika mereka menyelipkan aroma mathcore/chaotic sebagai kamuflase dalam kegelapan di beberapa trek Morgensoll. Good job!

13. Fornicaras – Age of Downfall
Gelombang modern metalcore kian mewabah di ranah distorsi lokal dan salah satu favorit teratas saya yaitu unit asal Magelang bernama Fornicaras. Potensi besar mereka layak diacungi jempol ketika debut EP “Age of Downfall” telah rilis di bulan Juni 2024. Gak heran kalo jumlah pendengar EP Fornicaras sudah beranjak naik sampai 15ribu putaran. Dari segi audio sangat mumpuni bersanding dengan band internasional, serta konsep visualnya pun gokil banget parah.

14. STRANGERS – Self-title
Penghujung tahun ditutup dengan klimaks oleh debut EP supergrup modern metalcore, STRANGERS. Kuartet asal Bandung ini mendorong batas-batas emosi dan suara yang merajut kepada badai melodi penuh amarah serta ritme penghancur. Gak nanggung lagi, STRANGERS juga mempercayakan Cody Stewart (Falling In Reverse, Worm Sheperd, Impending Doom) sebagai produser agar semuanya tepat dan terarah. Total banger!

15. MASS-49 – Repeath Death/Doom’s Gate
Seketika tercengang ketika muncul maxi-single MASS-49 dengan nafas baru yang semakin menggila. Mulai dari penulisan materi dan produksinya pun jauh berbeda dari rilisan “Aggression”. Sepertinya akar musik terbaru MASS-49 beranjak ke arah death metal ”sekolah tua” namun tidak meninggalkan titik temu yang menyelipkan ketukan drum bernuansa grindcore. Layak ditunggu gempuran selanjutnya di tahun 2025.