Foto & Teks: Fadly Zakaria.M
Salah satu pesta akbar para metalhead di Indonesia, Rock In Solo Festival, akhirnya sukses digelar dengan segala hingar-bingarnya yang luar biasa pada 10 Desember 2023 kemarin.
Benteng Vastenburg masih menjadi rumah Rock In Solo Festival untuk menyambut kedatangan 10.000 metalhead dari tiap sudut penjuru kota di Pulau Jawa serta luar Pulau Jawa. Tempat lokasi sudah dipadati gerombolan massa hitam mulai dari jam 9 pagi, di mana rules penukaran tiket early entry memang dibuka pada jam tersebut.
Dentuman distorsi mulai dirasakan gaungnya tepat pada jam 12 siang. Tiga line-up pembuka seperti Weekend Warriors dengan sajian hardcore yang catchy, pesona atmospheric black metal yang menawan oleh Finsmoonth, dan trio deathcore super mewah dari Ludicia berhasil memanaskan area mosh pit. Kemudian dilanjutkan oleh gempuran old school death metal bernuansa Swedia dari Sworn, lalu Kid Monster yang memainkan hardcore, dan sebelum memasuki break sore masih dihangatkan oleh kebengisan brutal death metal dari X-Tab.
Setelah itu, para metalhead kembali dimanjakan dalam gemuruh musik death metal, new school hardcore, industrial metal, hingga crossover thrash metal dari line-up berikutnya yaitu Humiliation, Fingerprint, MTAD, dan Dazzle. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, saatnya formasi baru Death Vomit mengambil alih Panggung A dan membombardir mosh pit tanpa ampun.
Langit mulai gelap setelah melewati rehat maghrib, giliran massa mulai memadati kembali di dua area panggung sambil menantikan untuk ber-sing along bareng unit punk rock dari MCPR dan berlanjut melalui seruan kritik pedas dalam musik grindcore cepat saji dari NOXA. Sebelum menuju tiga tamu spesial Rock In Solo Festival 2023, saatnya sang legenda Edane membius sejenak lewat alunan rock/heavy metal yang istimewa dan kemudian dilanjut oleh sang tuan rumah Down for Life berhasil membakar pasukan babi neraka dengan khidmat.
Disela penampilan keempat line-up tersebut, sudah banyak keluarga mulai merapat di area playground. Yah, bisa saya bilang Rock In Solo Festival adalah event musik cadas yang ramah dengan anak-anak. Sesekali saya melihat di mana sang ayah sedang asik untuk menikmati line-up sejenak, namun sang ibu lagi seru menghabiskan waktu menemani anaknya sedang bermain.
Tanpa basa-basi, di area Panggung B kembali dihajar oleh headliner pembuka dari Australia yaitu Thy Art Is Murder. Meskipun baru saja ditinggalkan oleh vokalis orisinalnya, Thy Art Is Murder tetap memukau bersama vokalis terbaru dengan membawakan trek andalan seperti Holy War, The Purest Strain of Hate, Slaves Beyond Death, Death Squad Anthem, Reign of Darkness, hingga empat trek pilihan dari album baru yaitu Destroyer of Dreams, Godlike, Keres, dan Everything Unwanted.
Seketika waktu menunjukkan pukul 9 malam, sang legenda black metal asal Polandia, Behemoth, mulai menenggelamkan para metalhead dengan unsur kegelapan yang bernyawa dalam suguhan intro berjudul Post-God Nirvana. Sangat takjub bagaimana Nergal membawakan narasi di setiap trek dengan cermat hingga badan ini merinding, didukung dengan permainan yang rapi, stage act keren, visual mempesona, dan output yang mewah.
Seruan Nergal juga disambut dengan baik, alhasil situasi crowd tetap menyala hingga trek pamungkas Chant for Ezkaton 2.000 E.V. berkumandang sampai detik akhir. Gak rugi menunggu 10 tahun untuk melihat Behemoth lagi di depan mata dalam konsep musik yang berbeda. Speechless!
Kegilaan belum usai, Cryptopsy sebagai headliner penutup berhasil menyerbu dengan gempuran total blasting dan riff-riff headbanging non stop. Meskipun audience sudah terlihat meninggalkan venue setelah Behemoth, namun area Panggung B masih dipenuhi para metalhead yang enjoy untuk meliar di circle pit dan headbanger. Trek kedua yang dibawakan yaitu Graves of the Fathers adalah kunci pemecah kebuntuan di area mosh pit. Suguhan output dari Cryptopsy pun cukup gila dan rapi banget.
Puas dan lega mungkin bisa mewakili apa yang saya sampaikan dalam gelaran event Rock In Solo Festival 2023. Hanya ada satu yang bisa dibenahi di event selanjutnya yaitu perlu adanya tambahan booth khusus penukaran tiket untuk early entry dan pre-sale. Saya bisa melihat antrian panjang sampai di ruas jalan depan venue dengan durasi lama cukup membuat audience yang datang sedikit kecewa. Selain itu, over all semua aman dan nyaman untuk dinikmati.
Sakjose! Karena sejarah belum selesai ditulis.