Gambaran Metafore Akan Dunia yang Membusuk Lewat EP ‘The Anatomy of Destructiveness’

Foto: Metafore I Teks: Fadly Zakaria.M

Perkenalan dua single di tahun 2023 yaitu Waktu-waktu Batu dan Cahaya Pagi di Ruang Tengah cukup membawa nama kolektif post-rock asal Surabaya, Metafore, kian hangat jadi perbincangan di ranah musik sidestream lokal. Per 3 Mei 2024, debut EP mereka berjudul “The Anatomy of Destructiveness” resmi dilesatkan ke publik melalui Loverman Records.

Selain dua trek yang saya sebutkan di atas, debut EP tersebut dilengkapi dengan tiga trek lainnya yaitu Yes We Were Lost in Our Universe, Bagaimana Kegelapan Meledak Memecah Riuh, dan Sepasang Daun yang Rebah, Berharap Terbang Menuju Langit.

Kebiadaban ulah manusia meluluhlantakkan dunia atas perbuatannya hingga di luar batas, ketersesatan bersama dalam semesta yang pecah belah, dan persoalan tentang situasi bertahan serta merelakan segalanya yang telah sirna ditelan bencana hari kiamat merupakan rangkuman narasi kompleks Metafore pada album ini.

Gambaran lainnya yang dirasakan adalah dunia yang semakin membusuk bersama menetapnya udara pekat dan tanah yang semakin terkikis. Mendefinisikan kehidupan kita yang dikelilingi kebinasaan dan kesia-siaannya, hingga bernafas pun hanya bisa melalui amalgam asa serta rasa sakit. Niscaya kita semua bakal kehilangan kewarasan pada hampanya kengerian yang terjadi di depan mata.

Segala irama yang dihasilkan kelima trek tersusun dari gabungan diantara reruntuhan beragam elemen bebunyian ataupun genre. Mulai dari tumpukan tekstur gitar yang penuh delay dan reverb, ambient, atmospherical, twinkling gitar ala mathrock/midwest diracik beriringan dengan ocehan vokal yang padat, dan sentuhan pemanis kemegahan violin strings orkestra.

Bagi saya debut EP The Anatomy of Destructiveness adalah mesin pendingin yang ampuh ditengah terpaan fenomena suhu panas dan kelembapan udara yang saat ini berkali lipat melanda Indonesia.