Teks: Fadly Zakaria.M
Ritual akhir tahun memang gak boleh terlewatkan untuk memilih album lokal terbaik yang terlahir di setiap tahunnya. Jujur, menurut saya sangat sulit untuk mengkurasi siapa saja yang bisa masuk dalam perihal tersebut, karena tahun 2023 sudah terlalu masif menerima ledakan rilisan-rilisan baru.
Efek positif dari era pandemi cukup membuat para musisi ataupun band terlihat semakin produktif dalam dua bahkan tiga kali lipat dari sebelumnya. Semua turut berlomba untuk melahirkan karya terbaru yang disebar dalam beragam format. Cukup menarik untuk diikuti secara berkala apakah musisi dan band tersebut bisa konsisten atau hanya terjebak sementara pada situasi kemarin.
Tanpa basa-basi lagi, inilah 10 album lokal terbaik tahun 2023 dari ranah musik pop/alternative kategori mini album (EP) dan album penuh (LP) yang sudah saya kurasi. Saya urutkan berdasarkan abjad saja ya. Lezgo!
1. ALI – Malaka
Trio besutan John Paul Patton (Kelompok Penerbang Roket), Arswandaru Cahyo, dan Absar Lebeh (The S.I.G.I.T) cukup berhasil membawa gabungan musik funk, soul, groove, afro era 70an ke dalam debut album Malaka. Sentuhan unik nuansa timur tengah yang dibawakan ALI cukup menambahkan angin segar dari sekian banyaknya konsep band-band baru lainnya di Indonesia.
2. Bedchamber – Capa City
Lumayan melegakan ketika Capa City resmi rilis di tahun 2023 oleh Bedchamber. Tidak mengecewakan pula di mana eksekusi materi musik hingga departemen lirik bisa saling melengkapi. Saat ini, tingkat eksplorasi Bedchamber banyak mengambil porsi dari dentuman new wave atau post-punk, kemudian semua dileburkan kembali dalam batas koridor indie rock yang epic.
3. Collapse – Saint
Ekspansi cermat dari Andika Surya menggaet empat rekan musisi lainnya untuk bergabung sebagai personil Collapse yang berujung melahirkan EP berjudul Saint. Penggunaan diksi bahasa Indonesia serta pemilihan formula materi indie rock/alternative dalam EP ini sangatlah catchy untuk dinikmati tanpa rasa bosan. Saya suka adanya selipan penggalan lirik “Kelopak demi kelopak” pada nomor andalan Rute Menuju Ivory. Kok ya kepikiran gitu loh, nice one.
4. Crayola Eyes – Gushing
Menyimak delapan trek dalam Gushing seraya menenggelamkan dengan sopan di bawah pengaruh kuat psikedelia. Bisa dibilang debut album Crayola Eyes satu ini semacam bentuk repetitif yang panjang dan tidak terburu-buru. Semua presentasi teknikal dibungkus tidak berlebih namun terlampau ampuh dikelola kuping dengan nyaman.
5. Grrrl Gang – Spunky!
Bukan dikarenakan album ini masuk ulasan NME lalu saya nobatkan sebagai pilihan album terbaik dari saya, namun Spunky! memang layak untuk hal tersebut. Progresi musik Grrrl Gang dengan segala pendewasaannya juga sangat menonjol, bahkan tingkat produksi albumnya pun semakin bagus semenjak berada di tangan tepat oleh Lafa Pratomo. Dengerin Grrrl Gang tuh mengingatkan Boys Are Toys tapi versi modern.
6. Heals – Emerald
Ranah musik shoegaze sedang berkibar dalam satu tahun belakangan ini, disitu lah juga bertepatan dengan perilisan album penuh kedua Emerald dari Heals. Banyaknya kejutan mulai dari aransemen, instrumentasi, hingga pemilihan tema album seraya menembus batasan jalur shoegaze pada umumnya. Eksplorasi liar tersebut bisa dikendalikan dengan canggih yang kemudian digabung ke dalam seluruh materi album.
7. Pelteras – Peranjakan
Penantian panjang unit post-punk/deathrock satu ini terwujud dengan persembahan debut album perdana bertaburan kemuraman dan kegelapan yang bernyawa. Pelteras mencoba untuk meromantisasi fase kehidupan internal tiap personilnya tentang suguhan interaksi dengan kota tempat tinggal. Karakter sang vokalis, Techa Aurellia, menambah poin penting album Peranjakan untuk bisa merasuki pikiran kelam kalian.
8. Sandrayati – Safe Ground
Setelah takjub ketika Sandrayati melepas single sekaligus video musik bareng Ólafur Arnalds pada Januari 2023 lalu membuat saya penasaran langkah selanjutnya. Alhasil single tersebut masuk ke dalam album magis yang dinamakan Safe Ground dengan racikan unsur pop/folk mempesona di setiap nomor. Ekspresi lugas dan kontemplatif menjadi cengkraman utama yang dibalut nuansa dingin serta mediatif.
9. Summerlane – Hope, Fear, & Everything in-Between
Sudah tidak mendahulukan gempuran distorsi pop punk membuat pergeseran musik Summerlane yang dipilih saat ini lebih mendekati ke jalur pop/rock mainstream. Perlu digarisbawahi juga, bahwa Summerlane terlalu cerdas untuk mengolah semuanya hingga menemukan porsi yang tepat. Agar tidak terlalu kaget, mereka menerapkan trek “Sebelum Selamanya” yang sengaja dihadirkan dalam versi melankolis bareng Chintya Gabriella sebagai gambaran masa depan Summerlane? Who knows.
10. The People of the Sun – Self Titled
Proyek pandemi asal Surabaya yang layak diantisipasi adalah The People of the Sun. Gabungan progresi antara pop, rock, alternative berhasil dihantarkan dengan sempurna dalam debut EP self titled yang berisikan tujuh trek. Bayangin dulu bagaimana ruh dari Queen, Muse, hingga Dewa 19 merasuki jiwa mereka untuk mengolah keseluruhan materinya secara menggila. Produksi albumnya pun saya acungi jempol dah!
Semoga dari daftar kesepuluh band atau musisi yang saya pilih ini tidak bosan untuk selalu melahirkan karya-karya mutakhir. Salut dan segan!