Foto: Metafore I Teks: Fadly Zakaria.M
Ide kecil tercetuskan dari masa pandemi sangat mempengaruhi banyak orang untuk menyajikan beragam materi ke dalam sebuah karya, termasuk unit post-rock pendatang baru bernama Metafore. Ada sesuatu batas perasaan kosong dan harapan yang lengang kemudian hadir dan terus menghantui adalah gambaran Metafore tentang dunia post-apocalyptic.
Berawal dari rangkuman kerusakan namun terus hidup dan berjalan, Metafore merilis debut single berjudul “Waktu-waktu Batu“. Rasa kesal mereka akan budaya kekerasan yang tak kunjung habis dalam lanskap kehidupan masyarakat kita. Melalui rilis pers, Metafore menambahkan “Waktu-Waktu Batu tak punya solusi apa-apa selain menyuguhkan ingatan, memori bersama, dan ajakan mengutuk. Ia ada untuk menyela sebentar di antara pertunjukan teater –kuasa dan kekerasan– yang setiap hari hadir, sejenak memberi jeda, lalu kembali mengajak berjalan dengan rasa sesal.”
Proses kreatif gaya bermusik Metafore sangat dipengaruhi oleh sentuhan nuansa Mogwai, Sigur Ros, Paint the Sky Red, Majelis Lidah Berduri, The Milo, hingga sentuhan twinkle ala American Football. Semua dilebur menjadi suguhan yang menarik untuk kamu simak.
Saya sendiri cukup antusias dan berharap banyak jikala Metafore bisa bertahan lama dalam konsistensinya bermusik, mereka akan tumbuh besar sembari menjalin relasi dan menambah jam terbang di atas panggung. Ditunggu perilisan EP-nya, Bruh!