Skabanton Refleksikan Realita dan Romansa Hidup dalam ‘Kian Kemari’

Foto: Skabanton I Teks: Fadly Zakaria.M

Transisi menuju perubahan yang cemerlang bisa saya deskripsikan tentang evolusi yang dialami oleh Skabanton. Setelah delapan tahun tertidur pulas, mereka kembali bersua sekaligus menghadirkan album penuh kedua berjudul “Kian Kemari“.

Sebuah perjalanan melelahkan hingga pasang surut menerpa lika-liku bermusik Skabanton tak menyurutkan untuk menorehkan nafas baru yang semakin segar. Relevansi diantara kisah yang mereka suarakan dengan telinga dan benak dari pendengar diolah menjadi album berdurasi 30 menit. Permainan alur emosi juga disusun lewat urutan track list.

Jika pada album sebelumnya The Master of Situation banyak didominasi permainan instrumental dan berbahasa Inggris, saat ini, Skabanton coba merefleksikan sebuah realita dan romansa dalam bertahan hidup dengan bahasa Indonesia yang ringan agar mudah dicerna. Rangkaian cerita dari kala pandemi yang suram, bersahabat dengan muram, hingga melepas kelam memang begitu nyata adanya.

Dari sembilan nomor canggih yang mengisi keriuhan Kian Kemari, ada satu trek spesial berjudul “Waru (Di Batas Kota Itu)” menjadi destinasi tempat mereka berada dan berkarya. Muatan cerita di sekitar daerah perbatasan Surabaya dan Sidoarjo seputar kawasan industri, sel besi, hingga percintaan di remang-remang. Pada album ini, Skabanton menggadeng kolaborator lainnya seperti Bruss (The Sukudalu), Abednego, Ridwan SW (Wawa) yang mengisi beberapa lead guitar serta vokal latar bersama Maria Angela Dhani dan Yaner Irawan.

Segera nikmati Kian Kemari di seluruh gerai musik digital favoritmu, Fren!