Interview: Tarung Records Tetap Menyala di Tahun Ke-16

Foto: Tarung Records I Teks: Fadly Zakaria.M

Melebihi usia satu dekade bagi sebuah label rekaman ber-etos D.I.Y lumayan terbilang sulit, entah berakhir dihantam realita kesibukan pekerjaan atau suntikan dana buat modal semakin menipis karena rilisan belum berputar dengan maksimal. Poin tersebut dibantah keras oleh salah satu nama yang sampai saat ini terus menunjukkan eksistensinya yaitu Tarung Records.

Di tahun 2025, Tarung Records baru saja memasuki tahun ke-16. Sudah seperti layaknya usia belia manusia nungguin kelulusan SMA nih hehe.. Salut dan segan!

Saya juga menyelipkan rasa ‘kepo’ tentang rekam jejak Tarung Records untuk bisa struggle di antara gempuran label rekaman baru dan beralihnya konsumen ke pasar digital yang lebih masif. Tanpa basa-basi lagi, simak obrolan ringannya di bawah ini.

Ceritain sedikit awal mula terbentuknya Tarung Records?
Tarung Records berdiri sekitar pertengahan tahun 2009. Inisiasi awal dibentuk oleh Fajar, namun pada akhirnya jalan berdua dengan Aji yang mambantu pada bagian visual. Kemudian tahun 2011, Aji berpindah domisili ke Jakarta dan home base Tarung Records berada di dua kota berbeda yaitu Jakarta dan Malang. Berselang 7 tahun kemudian, Fajar menyusul sebagai perantauan dengan Aji di Jakarta.

Nama Tarung diambil secara spontanitas saja. Kami mengadopsi dari nama label rekaman asal Eropa yaitu Fight For Your Mind Records yang mempunyai awal mula zine di tahun 2007 bernama Pathetic Existence.

Masih ingat rilisan pertama Tarung Records gak? Haha..
Aman, masih ingat dong haha.. Rilisan pertama kami tuh di tahun 2009. Ada 4-way split album dalam format CD-R hanya dicetak 30pcs saja berisikan masing-masing 2 band lokal dan internasional yaitu Stand In (Malang), Final Combat (Kediri), The Break (Italia), dan Taste the Floor (Italia).

Brand image yang saya tahu tentang Tarung Records selalu konsisten merilis band-band bergenre hardcore/punk. Nah, kemudian tiba-tiba beralih ke jalur death metal dan genre underground lainnya? Apa ada kebosanan kah atau alasan spesifik lainnya?
Pastinya, alasan utama karena kami suka mendengarkan dan mengulik keberagaman sub-genre underground tapi yang terpilih selalu punya benang merah yang tidak jauh dari nuansa hardcore/punk dalam band tersebut.

Pernah mengalami kesulitan atau kebuntuan buat cari band-band incaran yang mau dirilis? Kalo pernah, coba ceritain pengalaman singkatnya aja.
Pernah, tapi lebih kayak di-ghosting sih haha.. Jadi sudah 95% deal semuanya, lalu sewaktu dikontak lagi kapan mau tanggal rilis kok jadi gak ada balasan. Coba kontak bolak-balik tetap gak ada respon, ya sudah memang belum berjodoh. Kemudian pernah coba menawarkan rilisan boxset discography beserta konsep live reunion untuk salah satu legenda hardcore lah. Sayangnya, pihak band tersebut belum bersedia dikarenakan mereka sudah cukup lama vakum. Semoga someday bisa tergugah hatinya hehe..

Tipe band seperti apa yang dilirik Tarung Records? Apa punya kriteria tertentu?
Gak ada kriteria khusus. Kami lebih mencari band yang mempunyai visi, attitude, dan musik yang bagus, kemudian gak mendukung rasisme serta aktif di scene. Kami lebih menerima band-band baru tapi aktif, daripada merilis band lama tapi mereka sendiri sangat pasif.

Ada wishlist band-band yang pengen banget ngerilisin mereka?
Aji: Saya ada satu wishlist saja untuk band lokal cuma Peace Or Annihilation. Sudah cukup hehe..

Fajar: Gak ada yang spesifik banget sih, tapi lebih concern ke band-band yang pengen diperkenalkan karyanya lebih bagus dan mau berkembang secara keseluruhan.

Selama perjalanan karir 16 tahun ini, boleh sebutin 2 rilisan yang mempunyai angka penjualan di luar ekspektasi Tarung Records?
Hmm kalo rilisan band internasional ada Paranoid yang Outrising Hell sama album Mortal dari Necrot. Pada saat itu, masing-masing dicetak kaset tape 100pcs dan seketika ludes cepat banget. Kemudian rilisan lokal yang penjualannya gak kalah ngebut seperti kaset tape album Martyr’s Death dari Dottland sama Mortal Combat album diskografi. Itu bisa sold out gak sampai satu jam.

Nah, nyambung soal Necrot. Awal mula bisa tembus ngerilisin mereka gimana tuh ceritanya? Berapa lama prosesnya sampai akhirnya langsung tancap gas?
Berawal iseng pitching saja ke Necrot. Kontak terlebih dahulu bahwa kami sangat apresiasi karya-karya mereka dan langsung menawarkan tujuan kami, eh ternyata diterima. Itu pun prosesnya cukup cepat gak sampai satu bulan. Namun rilisan kaset tape versi kami ada jeda waktu beberapa bulan setelah jadwal perilisan dari Tankcrimes.

Katalog Tarung Records kan sudah banyak band-band internasionalnya juga. Sejauh ini, pengiriman untuk distribusi paling banyak disebar di negara mana saja?
Distribusi kami kebanyakan ada di Kanada, Spanyol, Australia, Jepang, Singapura, Malaysia, hingga Filipina. Dan itu rilisannya merata semua. Terkadang dari pihak record store atau pembelian secara individu di luar negri awalnya pengen ambil cuma satu rilisan kami saja, tapi setelah melihat katalog lainnya juga menarik, akhirnya mereka ngeborong deh.

Apakah berkembangnya layanan musik digital berdampak pada penjualan rilisan fisik Tarung Records?
Aji: Pastinya mempunyai pengaruh terhadap penjualan kami. Tetapi, alih-alih menjadikan poin tersebut bukan sebagai permasalahan, kami menjadikan layanan musik digital sebagai platform untuk menyebarluaskan rilisan yang kami eksekusi. Baik sebagai teaser, promo, maupun kita rilis secara penuh dalam bentuk digital untuk mendukung penjualan rilisan fisiknya.

Fajar: Senada sama Aji. Kami memanfaatkan hal tersebut untuk semakin menyebarluaskan secara masif karena target market kami bisa dibilang segmented, jadi yang beli fisik memang jelas totally support atau benar-benar suka dan koleksi. Di sisi lain, bagi kami adanya layanan musik digital bukan menjadi halangan untuk tetap merilis dan support karya teman-teman dari berbagai daerah dalam bentuk fisik.

Selain kaset tape, bisa dibilang konsumen rilisan fisik saat ini banyak juga yang membeli vinyl. Apakah Tarung Records berencana akan merilis dalam kepingan vinyl juga?
Pasti ada rencana rilis vinyl kok. Saat ini, masih mencari band yang sangat berpeluang dan punya potensi bagus untuk kami rilis dalam format tersebut.

Sebutkan label rekaman favorit dari Tarung Records?
Fajar: Banyak sebenarnya, namun yang menjadi favorit atau acuan kami seperti Tankcrimes, Deathwish, 625 Thrash, Gone Blind Recs, dan Alternaive.

Aji: Ini beberapa label rekaman lokal favorit dan sangat kami rekomendasikan yaitu Alternaive, Distort Records, Dark Room Records, The Seats Of Piss Records, Masasiorangutan Records, dan Apa Adanya Records.

Apa yang sedang dikerjakan Tarung Records di tahun 2025?
Fajar: Di tahun ini, sederet rilisan dari lokal maupun internasional sudah siap kami rilis termasuk pendatang baru dari beragam daerah yang sangat kami rekomendasikan untuk didengar. Ada unit death metal/punk dari Yogyakarta namanya Drain Death, kemudian Bagak lebih ke power violence dari Kalimantan Tengah, dan Hholloww dari Bali yang memainkan dark hardcore. Menyusul selanjutnya ada unit dark chaotic hardcore namanya Infect dari Medan, debut EP Warhound dengan gaya ala chainsaw grindcore dari Malang, dan masih banyak lagi beberapa rilisan band internasional yang siap dilesatkan.

Oh iya, kami bakal ekspansi juga menggaet band bernuansa eksperimental/noise dari karya milik WSSM, sebuah kolaborasi antara Wukir (Senyawa) dan Asep (Mouthless & Siksakubur). Selain itu, ada 4-way split album lintas negara asal Jepang dan Indonesia yaitu K2, Astro, Theo Nugraha, dan Karnivulgar.

Untuk gigs Tarung Fest 2025, bersiaplah saja karena sedang kami rancang terlebih dahulu. Waktu dan venue akan dikonfirmasi menyusul.

Aji: Pastinya, kami ingin menggelar kelanjutan Tarung Fest yang akan dibawa ke hometown tercinta di kota Malang. Pada bulan April mendatang, kami bakal handle gelaran tur dari Pale (Jepang) di Jakarta beserta menyusul rilisan eksklusifnya. Bentuk kerjasama lainnya, nanti akan datang bareng unit d-beat berbahaya asal Swedia.