Klepto Opera – Ode Untuk Yang Tersisa: Dedikasi Yang Tak Terlupakan

Klepto Opera sebuah nama lawas yang menghiasi skena indie di kota Surabaya hingga nasional yang lahir dari era 1996 ini memang punya khas untuk menerobos masuk di hati para pemuja musik sidestream. Eksistensi mereka memang dikenal luar biasa dengan terlahir karya-karyanya yang sangat absurd, bahkan kalian harus bisa mencerna musik mereka ini untuk beberapa kali putaran, bukan karena riff yang dimainkan itu susah ataupun penuh hitungan tapi ada something yang membuat tiap track mereka itu punya khas tersendiri. Musik grunge yang dibawa oleh mereka kalo saya boleh bilang itu dalam kadar simple tapi jenius. Track-track seperti Grunge Is Dead, Dandelion, Aku Di Pojok Kamar Kehilangan Warna, Dear Death, Satu Huruf Terakhir bisa mewakili yang saya maksud tersebut, rasakan sendiri sensasi jikala kalian secara tidak sadar terasuki pola permainan kasar mereka dalam distorsi dan monolog.

Terlepas dari hal itu semua bahwa sebuah band mau tidak mau punya fase revolusi tertentu. Kali ini mereka ditinggalkan oleh vokalisnya yakni Benny Benhur yang telah pergi mendahului pada tahun 2014. Kemudian posisi vokal digantikan oleh Damis untuk meneruskan perjuangan dari Klepto Opera sendiri. Setelah banyak melewati gigs demi gigs mereka berlanjut untuk recording dengan single barunya yakni salah satunya adalah Ode Untuk Yang Tersisa. Single baru inilah yang di eksekusi pertama kali dan dituangkan dalam sebuah video klip, kemudian dilepas pada November 2016 yang bisa kalian simak via YouTube.

Liriknya sendiri bercerita bahwa ada sisi dari seseorang yang selamanya akan dikenang, karena tidak ada sesuatupun yang dikerjakan dengan tulus dan akan berakhir sia sia. Untuk konsep cerita dalam video tersebut adalah semua sudah ditakdirkan jadi seberapapun kerasnya seseorang mengejar waktu bahkan membuang (meninggalkan) hal yang menjadi kesukaannya, karena dianggap membebani langkahnya, takdir adalah takdir, kalau memang ditakdirkan semuanya berakhir dan terlambat. Lagu ini juga sebuah dedikasi kepada almarhum Benny Benhur, “Dan setiap kami kangen dan teringat beliau, lagu ini bagaikan doa yang akan spontan kami putar berulang kali. Jadi sejujurnya lagu ini lebih kepada kepentingan kami sendiri, cara kami dalam menghormati beliau, mengingat beliau, daripada untuk konsumsi publik. Bagaikan nada-nada yang menggantung di udara, dia akan senantiasa ada” ucap YY sang gitaris.

Link on YouTube : https://youtu.be/WxD2ilsaq4Y

Ditulis oleh Fadly Zakaria.M

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *