
1984 berawal dari obrolan ringan ingin membuat sebuah proyek band yang berkonsep beda dari band-band yang ada di skena mereka (karena sebenarnya diantara mereka sudah mempunyai band tersendiri), dan akhirnya tercetuslah band yang menamakan dirinya hanya dari sebuah angka saja. Pemuda tanggung pecandu kopi ini malah berdomisili di dua kota yang berbeda, dari kota Pandaan dan Lamongan. Jadi jangan salah, meskipun dalam tempat yang bisa dibilang jauh untuk menempuh sebuah rehearsal yang rutin tapi keseriusan proyek mereka ini cukup membuat kalian waspada untuk ke depannya.
Soal konsep dari band ini masih berbasis punk rock, hanya saja diracik ulang dengan beat dan tempo yang lebih cepat dan gelap, kalo anak-anak hardcore/punk sekarang menyebutnya dengan sebutan blackened crust yang notabene adalah subgenre crust punk era 90 awal atau d’beat (diambil dari kata discharge beat) atau juga swedish punk sound yang di mix dengan kemasan musik black metal. 1984 sendiri adalah sebuah mixed dari skill yang pas-pasan (menurut pakem punkrock tentang “three chord and play it loud), atmosfir distorsi black metal dengan intensitas pukulan tempo blastbeat. Mereka melabelkan black metal crust yang masih mengadopsi sound primitif ala band-band black metal dan punk di awal 90an, inspiring by Iskra, Marduk (era album Panzer Division), Ancst, Wolfbrigade, Skitsystem, True, Fatum dan juga The Ugly. Terserah kalian mau menyebut musik kami dengan sebutan apa, bebas. We’re just a punk rock band in a fucked up world! ujar Ariev sang vokalis.
Dibalik nama 1984 tidak ada sesuatu yang spesial, mereka mengkutip dari sebuah judul novel karya George Orwell penulis novel-novel distopia yang kebetulan sekali novel tersebut cukup relevan dengan apa yang kita sebut sebagai "fucked up world” atau “fucked up life”, kenapa? Karena pada hakikatnya hidup mempunyai pilihannya sendiri untuk bebas menentukan apa yang kita mau dan apa yg akan kita lakukan, bukan untuk diawasi atau dikontrol atas nama stabilitas atau bla bla bla.. We have our own way to choose what we’ve like to do. Dengan kata lain bahwa 1984 bukan tentang tahun lahir siapa atau apalah, tapi lebih pada manifest kejujuran dan kebebasan kita buat menjalani hidup masing-masing.
Suatu band harus punya something untuk melangkah ke depan supaya lebih baik dengan karyanya juga yang jujur, dan 1984 punya rencana merilis sebuah mini album yang dibaptis dengan nama “Dystopia”. Mini album tersebut bakalan dirilis Tarung Records ke dalam format kaset tape. Selain itu 1984 punya agenda untuk tour dan mencari partner jahat yang dikemas dalam split EP. Tapi sebelum melangkah kesana, simak single mereka “Hound of Panopticon” yang sudah bisa kalian streaming via BandCamp.
Link streaming: https://1984crust.bandcamp.com/releases
Ditulis oleh Fadly Zakaria.M